Sponsor : MEDALPoker.com
Gaya hidup itu sendiri merupakan suatu kebutuhan manusia yang terdiri dari kebutuhan sekunder yang merupakan sebuah keinginan-keinginan baik ataupun buruk , sebuah keinginan sementara atau benar-benar dibutuhkan. Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari cara hidup seseorang, bagaimana dia bergaul, berpakaian, maupun kebiasaan yang sering dilakukan.
Zaman yang terus berkembang dengan teknologi yang semakin berkembang pesat sedikit banyaknya berperan penting dalam gaya hidup seseorang, terlebih social media pada saat sekarang ini, lebih condong membuat seseorang lebih focus dengan perangkat smartphone mereka, tidak sedikit orang yang bilang jikalau handphone pada saat ini “membuat yang jauh menjadi dekat, tetapi membuat yang dekat menjadi jauh”, kepekaan seseorang menjadi berkurang, kurang berempati,terutama kalangan muda lebih mengikuti tren yang sedang ramai di social media.
Social media mampu membuat seseorang ketagihan sehingga dapat beresiko pada kesehatan karenan mampu membuat seseorang mengisolasikan diri .Banyak yang awalnya berniat berbagi momen ataupun berbagi pengalaman berubah menjadi ajang pamer maupun gengsi, semua itu untuk meningkatkan kekaguman orang lain kepada diri kita sendiri, tanpa kita sadari itu mampu merubah sedikit demi sedikit kepribadian dan gaya hidup seseorang menjadi lebih konsumtif demi kepopuleran ataupun ketenaran semata.
Sebanyak apapun uang yang dimiliki tidak akan cukup untuk memenuhi gaya hidup, tetapi walaupun sedikit uang akan mampu membuat kita bertahan hidup. Perilaku yang lebih konsumtif ini menimbulkan sebuah kata yang tidak asing, yaitu konsumerisme.Konsumerisme merupakan suatu paham yang menjadikan sebuah individu seseorang maupun kelompok melakukan kegiatan konsumsi secara berlebihan, artinya melakukan kegiatan konsumsi yang lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan.
Perilaku tersebut muncul karena kesalahan seseorang akibat tidak mampu menahan diri dan mengatur penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan. Kesalahan tersebut seperti :
· membeli suatu barang yang hanya sedang tren pada masa tersebut,
· membeli sesuatu yang lebih di inginkan yang sebenarnya tidak perlu demi menjaga penampilan dan gengsi,
· berbelanja maupun makan di tempat kekinian yang mayoritas mahal
- membeli barang-barang merk terkenal untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Perilaku tersebut sering tidak kita sadari membuat keuangan tidak terkontrol dengan baik, yang seharusnya bisa ditabung menjadi terbuang sia-sia. Kelompok masyarakat dengan penghasilan lebih rendah cenderung lebih konsumtif dibandingkan dengan kelompok masyarakat dengan penghasilan yang lebih tinggi. Konsumerisme di Indonesia terdapat 28 % masyarakat yang memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pada pemasukan yang didapatkan. (Kadence International Indonesia, 2015). Teknologi tidak dapat kita bendung perkembanganya ,
namun banyak cara untuk mensiasatinya dari efek negative yang ditimbulkanya, tentunya dengan mengetahui kemampuan dan kapasitas diri sendiri untuk mencegah ataupun mengurangi perilaku konsumerisme. Sayang uang?!!, kendalikan keuangan yang dimiliki jikalau lebih dapat ditabung yang jauh lebih bermanfaat, dan membelanjakan uang tersebut secara bijak sesuai dengan kebutuhan yang sedang di perlukan, bukan di inginkan.
No comments:
Post a Comment